Sejarah yang
terulang adalah pertanda dari sebuah kemunduran, dan salah satu indikator kebodohan
dalam mejalani sesuatu. Kehidupan itu harus maju, meski masa ke-emasan pernah
kita alami, tetapi kalau masa itu terulang, namun tidak lebih baik dari yang
ada di masa lalu, maka ada sesuatu yang salah yang perlu untuk diperbaiki.
Suatu kali aku menjalani waktu, dan kudapati diriku terkurung dalam sebuah
kebiasaan buruk yang tidak bisa dilepaskan secara mudah. Hari ini pun, aku lagi
mengulang perlawanan akan hal itu. Kebiasaan buruk yang terus menarik kita
kebelakang, sehingga pengharapan yang didepan pun makin jauh dari jangkauan.
Hak itu merupakan sebuah pertanda bahwa kita masih harus belajar bahwa segala instrumen
dari sebuah kebiasaan buruk yang menghalagi kita maju itu masih bersisa dalam
kenyataan hidup kita sehari-hari.
Aku sudah
pernah mengingat itu, tetapi kemudian gagal, karena aku sendiri lupa mencatatatkan
hal-hal pentingnya bagi kehidupan masa mendatang, dan sudah seharusnya bahwa
yang pernah kita alami, sebaiknya sering dipelajari penyebab kesalahan berulangnya.
Itulah salah satu penyebab mengapa sejarah terulang. Kita tidak boleh lupa berusaha
dosa-dosa dimasa lampau, dan mencoba menutupi aibnya, namun karena itulah suatu
hari kita akan mengalami jatuh dipelubang yang sama. Lebih buruk dari keledai, yang
dibilang bodoh, karena ada beberapa jenisnya masuk dalam kategori bebal, maka
kebebalan itu pun muncul sebab kita lebih sering orang lain secara praktis
mengarahkan, dan kemudian terjadi sebuah kesalahan sejarah terulang, kita ingin
mencari orang itu untuk dipersalahkan. Adalah baiknya kita juga tahu bahwa ada
binatang sejenis keledai yang disebut Bagal, adalah seekor hewan yang cukup
pintar, dan kokoh, juga sanggup menopang tanpa mengeluh bebannya terlalu berat,
bahkan rela menanggung itu dengan memaksa berjalan sampai kematian bila itu
dipaksakan.
Kesalahan
dimasa lampau itu adalah beban itu, dan seringkali kita merasa berat, maka kita
mencoba melupakan itu seutuhnya, seluruhnya tanpa bersisa, dan tidak ingin
membicarakannya, sebab percikan cerita itu bisa menimbulkan sesuatu yang
dianggap oleh pikiran kita adalah tabu. Kita jijik mengingatnya, padahal itu
merupakan bagian dari kita. Jadi kalau bisa diambil tarik garisnya, kita jijik
sama kita sendiri. Dan yang terjadi selanjutnya, percaya atau tidak kita
kembali mengulangi hal tersebut. Jikalau kita berani menanggung bebannya, dan
secara jujur berkata itu bagian dari saya, dan tidak menanggap itu sebuah
beban, maka semua akan berubah menjadi sebuah baru. Kita bisa berkata : “Iya,
maafkan aku yang dulu, kamu memang bagianku, tapi bukan untuk menjadi aku,
tetapi untuk pelengkap bagi kehidupan ku yang baru”.
Akui hal itu
bahwa kita sudah pernah mengalaminya, sebab hidup ditekan darah keluar. Maka
adalah lebih baik, kita harus mencatat itu dalam sebuah poin-poin penting dalam
sebuah tembok kehidupan dalam sebuah catatan yang akan kita sering buka dalam
menjalani kehidupan. Sama seperti artefak, candi, piramida, dan berbagai benda
sejarah lampau yang bernilai seni lainnya, selalu disertai gambar, tulisan,
atau sebuah poin-poin penting tentang apa yang pernah terjadi, atau sesuatu
yang ada, ataupun kenang-kenangan sebuah cerita lama. Kita pun harus demikian
membangun sebuah LandMark ( sesuatu yang didirikan untuk dikenali ) bagi kita
sendiri. Agar orang yang pernah mengisi kehidupan kita, atau pengalaman buruk
ataupun baik yang mengisi kita, adalah sebuah kenang-kenangan untuk
memperlengkapi kita menjadi indah.
Berikut
menurutku, dan menurut pengalamanku atas sebuah hal yang sedang aku coba
perbaiki, agar hal itu tidak terulang kembali, maka ingin kucatatkan disini.
Berikut
menurutku, dan menurut pengalamanku atas sebuah hal yang sedang aku coba
perbaiki, agar hal itu tidak terulang kembali, maka ingin kucatatkan disini.
1.
Kompromi sama hal yang sama, padahal itu adalah
penyebab utama.
2.
Punya aturan, dan prinsip hidup yang tidak
secara disiplin untuk dipatuhi.
3.
Merasa hukuman tidak seberapa, dan sanggup
memanipulasinya bahwa itu bukan dosa.
4. Memandang diri terlalu lama, sehingga timbul
kecintaan pada diri (Narsis), serta menghargai diri terlalu tinggi A.K.A masuk
kategori sombong.
5. Tidak mencukupi kebutuhan primer tepat waktu,
padahal ada kesempatan untuk mendahului hal itu, tetapi malah mengerjakan yang
sekunder. ( Makan, tidur, baca, bermain game, baca Alkitab, olahraga, mengoborol,
dan berbuat baik, juga bersikap sopan, dan menghindari orang yang menyebalkan
itu sebuah hal pokok, dan perlu, namun juga tetap kita tidak boleh melakukan
secara berlebihan ).
6. Bila ada waktu luang, kerap kali melakukan hal
yang tidak produktif. ( Kerap pikiran melanglang buana, dan kemudian terjebak
pada hal yang fana, dan gak bermakna ).
7.
Melakukan tingkah gerak yang sama, dan kecil
tapi salah satu pemicu juga.
8.
Mengeluh, dan kalau
keadaan tidak sesuai harapan, malah bukannya bersemangat, malah lesu.
9.
Membuat kebiasaan baru yang ternyata tidak
disiplin untuk dipatuhi.
Agar sejarah jangan terulang
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
12:48 PM
Rating:

No comments: