Aku ini jalang.
Berjalan sendirian seperti orang pincang.
Diriku terasa timpang.
Terlebih lagi aku sering diserang perasaan bimbang.
Berjalan sendirian seperti orang pincang.
Diriku terasa timpang.
Terlebih lagi aku sering diserang perasaan bimbang.
Sering aku bersuara lantang.
Namun desau suara ku tak pernah bersarang menuju sasaran diseberang.
Sungguh aku ini jiwa yang malang.
Tiap pagi selalu sendu sampai fajar menjelang.
Namun desau suara ku tak pernah bersarang menuju sasaran diseberang.
Sungguh aku ini jiwa yang malang.
Tiap pagi selalu sendu sampai fajar menjelang.
Saat ini di dini hari ditemani cahaya layar yang terang.
Aku hendak membawa pulang raga ku yang hampir hilang.
Diujung jalan yang masih panjang.
Aku merintih sambil berjanji untuk menang.
Aku hendak membawa pulang raga ku yang hampir hilang.
Diujung jalan yang masih panjang.
Aku merintih sambil berjanji untuk menang.
Aku hendak jalan jadi pemenang.
Dan tak ingin lagi mengasyikan diri dengan hal yang membuat Tuhan ku berang.
Telah terpasang suatu kekang.
Dan darah jempolku yang telah jadi saksi penentang.
Dan tak ingin lagi mengasyikan diri dengan hal yang membuat Tuhan ku berang.
Telah terpasang suatu kekang.
Dan darah jempolku yang telah jadi saksi penentang.
Kali ini aku tak akan menyimpang.
Aku telah putuskan sampai masa yang akan datang.
Bahwa inilah ujung dari perjuangan dari kisah hikayat babi yang sudah benci dengan lumpur di kubangan.
Aku telah putuskan sampai masa yang akan datang.
Bahwa inilah ujung dari perjuangan dari kisah hikayat babi yang sudah benci dengan lumpur di kubangan.
Tuhan terimalah aku dengan tangan yang lapang.
Hikayat cerita kubangan lumpur III
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
2:04 AM
Rating:

No comments: