Selamat Datang

Aku berharap bebas menceritakan segala cerita untuk ku persis seperti saat mata ku memandang dunia

Berawal lapar, minta dibenarkan


Aku mau bercerita pada diri ku sendiri, mungkin akan panjang, sebab ku mempunyai banyak waktu, sebab sedang tak lagi mau apa-apa, kepingin apa-apa, meskipun butuh banyak hal, namun tak mengharapkan segala sesuatunya, karena wajibnya fokus pada diri ini sendiri. Dari kemarin permulaan itu bahwa sekarang aku mengerti kelengkapan lapar.

Bukan sekedar lapar urusan perut, tapi segala hal lainnya, berupa hati, mata, cinta, harapan, dll. Apapun itu semua yang kurang butuh dipenuhi, namun bukan berarti harus sesuai dengan yang kita ingini. Kemarin sebelum hari ini, aku yang terlalu fokus pada orang lain, memandang hal yang baik pada sudut pandang berbeda, malah jatuh pada opsi kepada pemenuhan urusan lapar dalam perut, pada ketergantungan yang salah.

Bahwa bukan siapapun juga, tapi berusahalah cukupkan bekal pengetahuan berupa aset yang ku miliki, jangan sampai aku menyiksa diri. Dimana ternyata aku tak kurang, tak lebih, selalu cukup, meski tak melimpah, tapi aku kemarin bodoh, sehingga menahan diri bagai orang fasik, sehingga akhirnya menyerahkan diri pada hal yang telah putus, tapi sambung kembali.

Disini aku menulis blog lagi, tentu suatu hal pertanda janji, dan ini bukan sekali, dua kali, bahkan aku sendiri saja bosan untuk baca ulang catatan harian untuk kenang-kenangan diri ku. Namun kali ini aku rubah, sebagai sebuah refleksi, jadi akan cukup luas ku bahas, sebab diri ini sedang ingin bercerita untuk nanti mengambil pelajaran dari sesuatu yang barusan terjadi diselesaikan dengan monumen peringatan pada tulisan berikut sampai titik nanti.

Oleh karena lapar ; manusia berdosa, oleh karena menginginkan ; manusia terjatuh, oleh karena merasa kurang ; orang mencuri, oleh karena memupuk keinginan lebih tinggi jadi seolah seperti orang miskin, oleh karena terlalu perhitungan ; nanti jatuh sendiri.

Intinya semua ini adalah DOSA.

Lapar adalah salah, tapi pertanyaan nya ; jikalau tak ada makanan bagaimana ?
Jawabnya agak rumit, tapi juga mudah. Tidak seperti kemarin aku mengalihkan kebutuhan itu, tapi yang sederhana untuk menuntaskan rasa itu, yaitu fokus pada diri sendiri.

Apa ?!! Itu tak memunculkan jawaban atas pertanyaan yang barusan.
Yah, sabarlah diri ku. Dengarkan diri ini bercerita dulu, sebab kita baru buat resolusi, jadi ini bukan main-main lagi, sebab terlalu lama kita untuk mengambil inti sari dari nilai kehidupan yang satu ini.

Mari aku jelaskan pada mu, buka hati, pikiran mu, dan biarkan tubuh ini tetap terjaga saat aku sedang bercerita.

Berawal dari proses panjang kehidupan, kita mulai dari cerita akar permasalahannya saja, sebab kita sudah hampir tiba pada satu titik langkah maju, dimana tak mungkin kembali, sebab kita sudah tinggalkan fase menangis, melucu, mencaci, dsb ; hanya untuk melukai diri kita sendiri. Jadi fokus sekarang pada dua hari lalu sebelum berbaring dipetiduran ku. Terdengar kabar bahwa perbekalan kita habis, selama ini disuplai oleh perpanjangan tangan Tuhan, namun satu pintu itu tertutup, agar kita belajar.

Pagi menjelang, semua tampak biasa, begini-begitu, lalu melakukan hal biasanya, tapi yang tersedia adalah gula-gula untuk disantap, berserta minuman gula untuk menambalnya, padahal bukankah baiknya aku keluar mencari protein juga. Tapi tidak aku keterlaluan pada ku, maka saat matahari meninggi, aku keluar untuk mencari rejeki, terus sempat dalam keadaan tak baik, sesudah pulang kembali nikmati gula-gula lagi, maka saat gelap sudah pekat, sedang aku mesti keluar dengan kuda ku, disitu tubuh seperti goyah, namun aku coba kuatkan diri ini. Dan..... sampai kemudian tibalah keinginan mencari solusi, tapi bukan dengan jalan yang benar, aku memutar otak untuk memuaskan diri dengan cara lain.

Akhirnya kita celaka, sebab satu bagian tubuh terpenuhi dengan cara ditipu, kemudian terus terjadi lagi sampai hari ini, dari kemarin. Artinya apa ? ketika lapar tak ada makanan, bahkan seseorang yang di daerah wilayah kekeringan pun, akan marah, kecewa, menahan diri, terus menyiasati untuk memanipulasi, jika ada tiba pelepasan pemenuhan kebutuhan, seperti orang ketakutan, begitu lahap untuk memadati keinginan, sampai muak, dan mual, seperti seseorang datang ke pesta perjamuan, yang memakan segala apapun, sampai begah, bahkan perut kesakitan.

Lihatlah bagaimana orang Fokus pada orang lain, sehingga yang terhidang didepan mata, atau solusi yang kerap kali ada, jadi tak berharga. Semisal ada 100 tawanan berupa kawanan tentara yang tertangkap dalam penjara ketat, setiap hari dipaksa kerja rodi, sedangkan kita hidup didalam nya, dikasih makan roti serba sedikit, dan minuman serba terbatas. Dari proses berat yang terjalani, ada satu orang diangkat untuk menjadi kepala pekerja paksa, tentu orang itu bukan kita. Hidup si Kepala diperlakukan sedikit berbeda. Hanya dia harus menyiksa semua orang bawahannya, agar bekerja lebih giat. Dari 100 orang yang tersiksa, berapakah yang akan tersisa, sehingga akan tetap hidup saat pasukan pembebasan datang ke Kamp milik mereka ?

Jawaban nya adalah bergantung pada kita. Aku mau hidup, dan memberitakan kebaikan bahwa ada harapan tentang masa depan, bukan hanya itu aku juga mau fokus pada diri ku tentang yang tersedia pada ku, bahwa ada orang yang lebih tersiksa, tapi daya tahan seorang tersebut begitu hebat, meskipun badan nya kecil, tapi dia bisa mengatasi kesulitan setiap hari, sedangkan yang berbadan besar lebih dahulu mati, atau yang punya badan setara pada ku, lagi sekarang mengharapkan ajal segera tiba.

Ini adalah hidup ku, Tuhan menitipkan diri ku pada tubuh jahat ini, tetapi seperti pedang bermata dua, pada keutuhan ku ada pola pikir. Sebuah aturan sederhana, jangan dibuat rumit, sebuah aturan rumit, jangan terlalu dipikirkan, tapi dijalankan saja, biarkan hasilnya ditunggu saja, seperti seorang petani yang diajarkan oleh Ayah nya yang bisu untuk bertani sewaktu dia masih kecil, kemudian disuruh melakukan ini - itu, tanpa mengerti mengapa proses tersebut harus dilakukakan dalam bertani, kemudian ketika panen tiba, dia hanya mengerti bahwa demikianlah seharusnya. Namun begitu dewasa, saat Ayah nya sudah tiada, dia mengerti untuk apa tahapan-tahapan tersebut dilakukan. 

Aku akan insaf membuat rumit, sesuatu yang sederhana, lagi pula Tuhan sudah mengajarkan ku untuk taat saja, tanpa harus mencari tahu aturan kerumitan yang Beliau sematkan pada ku untuk dijalankan, dimana kadang aku juga tak mengerti, karena tak cukup kapasitas ku untuk mengerti Hikmat Nya. Sebab fokus ku bukan pada mereka, yang lain, dan tak mengenal sebagaimana ku, supaya untuk itu aku bisa berbahagia, cukup, dan bisa bersaing dengan siapapun, tanpa takut disaingi, tanpa takut kalah, tanpa takut tertinggal, tanpa takut apapun juga. 
 
Untuk itulah hai... aku yang mempertanyakan jawaban tentang masalah yang barusan kita tutup dalam tulisan kali ini, bahwa ayo cukupkan diri, bila memang tak bisa puas, janganlah mencari-cari alasan, tapi ingatlah bahwa diri kita sendiri bisa kok bersaing dengan yang lain. Tapi dalam perlombaan hidup, bukan untuk tercepat, terkaya, terhebat, terhormat, terkuat, terbaik, dan ter-, ter lainnya, sebab musuh yang paling besar dari semua nya adalah diri sendiri, percuma kamu menjadi yang Ter-, tetapi setiap hari kalah setiap hari.

Nah, ini sudah pada sampai titik percakapan kita, cukup panjang, singkat, hanya mengalir begitu saja, maka untuk membuat hal berikut bukan omongan kosong belaka, jadi ada baiknya kita harus makan dulu sekarang, sebab kemarin seharian cuma makan gula-gula, dan ini sudah jam 15:46, masih melakukan hal yang sama, oleh karena itu makan lah, semua sudah tersedia.

Terima kasih Tuhan Yesus Kristus atas berkat Mu pada ku hari ini.
Mohon maaf atas dosa-dosa yang kemarin, padahal dosa-dosa yang masa lampau sudah diampuni, tetapi menambah lagi. 
Sungguh Engkau lah cinta sejati ku, fokus ku hanya pada ku, sebab Engkau ada didalam ku. Tujuan ku adalah Mu, sebab begitu aku ditugaskan untuk melakukan sesuatu, biarlah aku laksanakan, sebagaimana perintah Mu.
Lagi nanti kalau Engkau datang, kami semua akan diperhitungkan untuk dibenarkan bukan oleh karena orang lain, tapi dari iman masing-masing dalam perbuatan yang masing-masing kami lakukan untuk sesama.









Berawal lapar, minta dibenarkan Berawal lapar, minta dibenarkan Reviewed by Alfiyanto.J.S on 3:51 PM Rating: 5

No comments: