Barusan ku runtuh kan, semua bangunan jelek, rapuh, bolong, kosong, lapuk, rusak, juga yang tak elok dipandang mata, tak sedap didengar telinga, tak pantas dikatakan oleh anak seorang Raja. Sendiri ku susun bata per-bata, dimana pada lampau ada jerih payah lelah yang sia-sia, karena dikerjakan tak serius, sehingga menjadi barang asal jadi.
Inilah keutuhan ku, yang sedang ku bangun ulang. Demi ku yang lebih baik lagi, meski jauh dari sempurna, sebab cuma orang kecil aja, namun diri ini, pasti akan berusaha. Pada waktu kali ini, sambil menahan kantuk, sebab paksa terjaga, karena telah dibuang rasa kasihan berbaring larut lama, lalu tak ada.
Tuhan tolong aku...
Hancur semua itu, aku sedang berusaha buat yang baru.
Aku suka hal yang baik, tapi lebih dari pada itu menjadi adil dari awal, lebih baik, agar tak bercela.
Jadi ku cerita kan sedikit blue print nya pada mu..
Ku bocor kan beberapa rencana dasar bangunan itu.
Sebenarnya sederhana, yakni dalam upaya yang akan ku lakukan, kita harus paham jalan menjadi disiplin mengulangi yang baik, dan benar berdasarkan sketsa awal sebelum dicetak koridor peta untuk pembangunan nya.
Dan aku sedang ingin itu, sebab aku pernah dengar berapa kali dalam tiap waktu, bahwa disciple adalah murid, dan dicipline sebagai sikap mencitai diri sendiri, untuk terus setia pada kewajiban pekerjaan pembangunan ulang ini. Satu lagi ku bisikan, dan jangan bilang siapa-siapa, bahwa yang ku bangun bukan Istana, hanya rumah kecil bagi jiwa ku, agar bisa ber-damai sejahtera. Diatas batu, patok kokoh, maka untuk mendukung hal itu, aku harus kumpulkan semua yang berharga dalam kesadaran nyata, agar dalam pemikiran ku tangkap, ku serap dalam hati, lalu terpancar ke luar, sebuah rumah kecil, yang akan ku hiasi lampu cerah.
Jiwa ku, selamat sore jiwa ku.
Syahloom hati ku.
Damai sejahtera selalu menyertai mu, hey... raga ku.
Kasih karunia, serta suka cita, kira nya selalu bersama mu roh ku.
Hallo, semua nya yang bersatu dalam ke utuhan ku. Hai, pengembara yang sudah menemukan kembali jalan pulang, lalu dengan hasil tak seberapa diperjalanan, aku yang balik ke kampung halaman ku, akhirnya putuskan untuk tinggal tetap untuk bangun ulang rumah ku.
Jangan sedih lagi kamu...
Meskipun aluran blues mengalun ditelinga, atau diputar, kamu harus bahagia, sebab sudah banyak yang dilalui, sebab panggung sendu, di halaman rumah lama ku, adalah yang paling pertama ku hancurkan.
Jangan nego-nego pada cara mundur logika dunia yang menyiksa mu, sebab hal ke dua yang ku musnahkan adalah ruang perpustakaan berserta isi nya, sehingga kita bisa pilih satu aja yang jadi patokan acuan pelita untuk menghalau kebodohan mu, dan cuma itu aja terang penuntun langkah yang terbaik, yang harus ku tempuh.
Jangan pernah meninggi lagi, sebab pendopo peranginan di atap, adalah hal ketiga yang dilemparkan ke bawah, agar pecah berantakan menjadi puing yang akan tak terpakai lagi. Sebab kamu tahu bahwa ruangan itu memang bisa melihat luas ke semua daerah sekeliling mu, bahkan jiwa, dan pikiran, tindakan yang bukan ku, saat ku duduk disitu bisa diserap, entah bagaimana cara nya ; hanya catat ini, karena ini belum titik ; dimana kamu salah memakai standar mu, sebab itu selalu mau benar kamu itu, bahkan meskipun benar, tidakah waktu pengembaraan kita yang lalu telah mengajarkan bahwa menjadi rendah, bukan berarti hina, menjadi diam seolah bodoh, bukan lemah, menjadi sabar, adalah upaya yang baik, karena Yang Kuasa punya waktu pembalasan Nya. Jadi jangan kamu lagi duduk disitu, karena seorang murid, tak boleh lebih dari guru, karena kamu disayangi Nya, tiru lah yang bisa ditiru, tapi dengan standar untuk menjadi, mencoba, memahami, sebagai upaya memaklumi, sebab tidak bisa mereka begitu. Untuk jadi mu, memang spesial dari atas, sebagaimana darah biru, atau bangsawan ; tak bisa memilih, tapi bagaimana bersikap, demikian kewajiban kamu sebagai murid dari Nya.
Jangan lakukan lagi yang dulu, dalam bentuk abstrak lukisan, sebab itulah hal ke-empat ku buang ke tempat gundukan puing yang akan dimusnahkan itu, sebab kita mau rumah yang kita bangun adalah bukan yang dulu, tapi bukan benar-benar baru, walaupun di tempat yang sama kita membangun nya. Itu sebagai ingatan untuk masa depan mu, yang kalau bukan disitu, berarti itu bukan aku. Oleh karena itulah kita bangun ulang, dan jadwal harus ditentukan, agar tercipta keteraturan, sehingga tak ada lagi gaya acak, yang timbul dari inspirasi gambar amburadul tersebut.
Doa... Doa... Doa...
Sebentar aku mau berdoa dulu, agar rumah kecil ku yang akan kubangun ulang, bisa berjalan lancar, lalu akan ku isi dengan pernak-pernik baru. Ditambah foto rumah besar yang sudah ku hancurkan, karena sudah rapuh, akibat dulu ku bangun terburu-buru, yang mana memang dulu aku begitu.
Bekasi, 15-12-2022
16:33
Telah ku tutup dengan kata Amin.. Maka usai sampai jumpa untuk dibaca lagi, hai.. kamu bagian diri ku.
Rebuild
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
4:28 PM
Rating:

No comments: