Seperti mata air dari hulu menuju ke hilir.
Demikian juga hidupku akan mempunyai perhentian terakhir.
Ada yang tiba disana pada masa paruh baya.
Dan ada juga yang sampai saat putih rabutnya.
Tidak ada yang tahu kapan waktunya.
Demikian juga hidupku akan mempunyai perhentian terakhir.
Ada yang tiba disana pada masa paruh baya.
Dan ada juga yang sampai saat putih rabutnya.
Tidak ada yang tahu kapan waktunya.
Seperti itulah sengat dari kilat yang menyambar dan tak menentu arahnya.
Masih teringat di benaku akan sengatnya yang menyambar pucuk - pucuk pohon cemara.
Masih ada tinggal sisanya tapi kembali lagi ia menyambarnya juga.
Maka sia-sialah usaha dan pertahanannya.
Aku tunas muda hanya pasrah jika berhadapan dengannya.
Membekas dan sakit itu masih terasa.
Tak lama Kemudian Badai mulai mereda.
Sekarang maka otomatis aku tunas muda harus menggantikan posisi sebagai pucuk pohon cemara.
Habis pucuknya hanya aku tunas muda diatas dan batang serta akar dibawahnya.
Waktu cepat berlalu.
Maka tunas muda harus segera melaju.
Pucuk tunas muda harus segera bertumbuh.
Inilah yang akan menyakitiku.
Maka tunas muda harus segera melaju.
Pucuk tunas muda harus segera bertumbuh.
Inilah yang akan menyakitiku.
Jika aku berhenti bertumbuh.
Cemara yang diharapkan ternyata layu.
Datanglah ia yg hendak menebang karena si Cemara sudah membusuk.
Malu akan menghinggapiku.
Dan kemudian Si cemara akan dicampakan dalam api panas yang berwarna merah serta kadang membiru.
Semoga walau hanya cemara penciptaku mau merindu .
Melihat dari langitNya yang mengharu biru.
Cerita Pohon Cemaraku
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
7:47 PM
Rating:

No comments: