Aku mencari tahu dan mencoba membenarkan diri.
Itulah yang terjadi saat sebuah kesalahan terjadi.
Kita tidak mau mengakui.
Dan berusaha mencari cara menenangkan hati.
Sesungguhnya jujur itu penting.
Sebab kenyataannya bukan yang kita dengar sendiri.
Tetapi yang harusnya terjadi itu yang sudah ditetapkan sebelum semua ini.
Sadar akan keputusan bahwa dengan siapa kita percaya dituntun, maka kita harusnya menepati sebuah janji.
Namun sayangnya si kecil ini berketetapan berulangkali, padahal harusnya hanya sekali.
Jadi begitulah akhirnya terungkap bahwa itu akan terus kembali.
Hujan menetes, air di bumi memuai.
Awan sarat mendung dan dirus hujan turun mengalir.
Sebatas mata memandang langit.
Apakah memang manusia sudah berevolusi ?
Lalu kenapa jauh dari sempurna dan hanya ada sebuah rutinitas sehari-hari.
Banyak yang pasti dan satunya itu kita ini sebenarnya hanya mencoba memegang kendali, tetapi ternyata terpaksa terperangkap lagi.
Jadi salahnya adalah kita hanya mendengar dirinya seorang diri, bukan suara sang Ilahi.
Aku mengingini, lalu masalah terjadi.
Aku berpasarah diri, dan semua ajaib.
Mungkin masalahnya mudah tapi menjadi sulit, bila kita terlalu mengkhendaki.
Sebab dalam berbagai rasa yang ada muncul dari suara-suara sayup dalam nurani, ada godaan besar menuju jurang tinggi.
Sebab itulah kesalahan yang sedang aku alami, dan mungkin kalian juga saat masih di bumi.
Semua ini sulit untuk dimengerti, tetapi mudah sekali bila kita tahu khendak yang tertulis dalam kitab suci.
Yang suaranya memanggil untuk datang kesini, agar bisa mengerti khendak dari yang Maha tinggi.
Ya, Tuhan yang kekasih, meski aku lambat untuk mengerti, tapi aku akan mencoba tetap terus setia selama Engkau masih mau menuntun jalan bagi diriku yang tak pantas dianggap sebagai sesuatu yang berarti.
Hanya ingin dan bukan berarti benar
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
11:57 AM
Rating:

No comments: