Dunia ini ada yang atur, bukan hanya kita seorang diri. Diatas langit ada langit, namun yang paling menyedihkan ada pengatur yang sok mengatur yaitu sisi gelap diri ini. Yang membuat kekacauan, seolah kita akan kehabisan waktu, semua hanya penyesalan, bahkan sesuatu yang cukup terasa kurang. Apa yang baik dikatakan, ketika kita tenggelam dalam malam yang sunyi seorang diri, kemudian pikiran bercampur aduk, sehingga bila sudah mentok, ingatan akan memojokan diri pada sudut sempit yaitu rasa yang sudah terkubur lama, hanya masih bergaung minta diperdulikan.
Mereka itu bisa juga diibaratkan kenangan yang berterbangan di udara, dan hendak menghinggapi kepala kita, mudah menghalaunya, tetapi tidak akan pergi, bila kita tidak mengusirnya. Baru saja ini terjadi, kekeringan hati melanda, dan ku yang tak tahu bagimana mendapatkan air yang bisa menyegarkan diri. Ingin hati senang, tetapi terjebak dengan hal senang-senang, dan sisanya yang terjadi malah menjadi tidak tenang.
Petir menyambar, dan gemuruh menggetar kepala, mencoba menutup mata menghalau yang sudah terlanjur terjadi, yang bahkan terulang. Ada sebuah tak-tik baru yang harus dirubah, dan harus diakali, agar semua berlalu, yaitu mencari hal yang menenangkan dengan cara sibuk dengan mencoba menyukai satu hal, meski awalnya tidak perduli. Mencoba mengisi kepala dengan terpaksa, agar sukanya bukan bohong-bohong, tetapi untuk menjadi sesuatu yang menyukakan hati, agar menjadi luar biasa dikemudian hari.
Manusia rata-rata berumur 80 tahun kurang saat ini. Sudah berapa umur anda saat membaca tulisan ribet ini ? Hitunglah sisanya, dan bagi yang percaya ada kehidupan diluar dari kehidupan hari ini, maka coba rubah caranya mulai dari sekarang. Jangan hanya kita mau sesuatu yang senang, selanjutnya bila tak mendapatkannya malah jadi kesal, marah, dan melarikan diri untuk hidup senang-senang yang membuat hati tidak tenang. Oleh karena itu buat resolusi bukan saat tahun kalender baru, tetapi hari ini pun bisa, asal ada rincian bagaimana mengaturnya, dan berkomitmen penuh dengan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Pertama yang aku ingat bahwa sebelum tulisan ini ada sebuah catatan panjang dariku yang ingin sesuatu sederhana kembali, jadi putar ulang track musiknya. Meski bosan, coba ingat apa yang baik itu ambil, dan yang buruk itu buang, atau biarkan yang sama tetap ada, hanya tambahkan saja yang baru disana. Maksudku sederhana yaitu bahwa setiap orang harus merasa esok adalah hari baru yang menyenangkan, bukan sebuah pengulangan membosankan. Jadi esok coba, hidupkan semangat itu.
Kedua yang aku tahu, lebih baik ada waktu sendiri, untuk memaafkan diri. Bersalah ya... Menangis yaaa.. Berdosa pasti... Merasa gak berguna, mungkin... Menjadi beban, bisa jadi.. Tetapi setiap orang harus tahu bahwa kita perlu berbicara dengan diri sendiri, bukan berarti gila, namun alam bawah sadar memang harus sekali diomeli atas sesuatu yang buruk terangkat lagi. Ayo maaf, ayo maafkan dirimu setiap hari, tetapi bukan saat ada pengulangan kesalahan, tetapi saat tidak ada yang terjadi sama sekali diri ini harus berkomunikasi untuk saling memaafkan. Dalam budaya jepang dikatakan kita punya 3 wajah, yaitu pertama wajah yang kita pakai saat berhadapan dengan orang lain, kedua dengan orang yang terdekat, ketiga saat berhadapan dengan diri sendiri. Oleh karena itu ketiga wajah ini perlu harus tau diri, juga harus mengerti bahwa maaf itu bukan muncul saat hidup diputar putar terulang. Jadi maafkan agar jangan terulang.
Ketiga mulai hari ini, aku tidak ingin terlalu capek, karena akan membuat gangguan hormon, gak mau kelamaan melakukan sesuatu yang terlalu membosankan, sehingga mengacaukan jalannya pikiran. Tidak mau terlalu memaksakan, karena akan menimbulkan masalah lainnya. Angkat tangan, kasih bendera putih untuk sesuatu yang menuju jalan salah yang memutar balik. Catatan tetapi bukan juga kita terlalu santai, ingat batasan tingkatan stress, dan tertekan. Bukankah jalan itu harus tetap lurus, lalu kenapa jadi tertekan jiwaku ? Hai jiwa yang aku mau kasihi, namun kamu sangat ku benci, sebab tanggung jawab tubuh, roh, dan termasuk kamu hai jiwaku ada dibeban pundak ku. Ketika kesalahan terjadi, dan ada penghakiman terjadi, maka akulah yang bersalah, kamu yang sarat akan sebuah kebebasan layaknya jiwa lainnya dimuka bumi saat berhadapan budaya yang menyimpang sekalipun ingin berbaur dengan gelapnya. Namun memang saat budaya baik, kamu pun jadi putih karenanya. Namun sekarang, zaman sekarang mereka bercampur aduk, sehingga aku bingung mana yang baik, dan benar bagi kita kedepan. Jiwaku hai jiwaku, Roh itu penurut, tubuh itu ikut-ikutan, dan Jiwaku aku ingin kali ini menghiburmu. Tidak lagi menyiksa mu, tetapi menggangap bahwa kamu perlu seimbang senang, dan aku coba yang terbaik semampu ku, agar seutuhnya aku bisa tenang.
Keempat jangan pernah mencoba bernostalgia padahal itu sudah dikubur bukan disimpan di museum. Sesuatu yang baik menyimpan damai bukan hal kesedihan, jadi sayang sangat disayangkan orang pasti terjebak karena sekali, lalu berkali kali. Merasa tertantang untuk membuktikan bahwa bisa memotong mitos kembali lagi kepelubang, maka tetap membaralah. Terbakar, dan selalu rajin mengingat betapa kesalnya kala itu.
Kelima sebenarnya pengulangan saja, yaitu jangan biarkan diri ini kembali merasa menyedihkan, yaudah relakan aja kalau tak mampu diraih, biarkan saja meski gagal. Kita hebat spesial apa adanya. Tak mungkin menjadi biasa, tapi kita bisa menjadi bukan siapa-siapa di dunia kalau perasaan menyedihkan itu terus dimunculkan secara nyata.
Keenam jangan lepas gengaman sang penguasa dalama doa. ya Tuhan ya Raja ya Pengampun ya Pengasih ya Penyayang ya Panjang sabar ya Yang Kudus ya Yang Suci. amin

No comments: