Ada alasan pada sebuah kegagalan. Nyatanya semua seperti sebuah tanda tanya, dan misteri saja. Ada sebuah kepastian dalam sebuah ilmu pengetahuan, namun ada faktor yang tidak diduga menyertainya. Rencana boleh matang, tetapi ada kalanya sesuatu melenceng dari harapan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kita berfilosofi mencari penyebabnya, dan hanya sedikit yang mengerti bahwa semua itu terjadi sebab ada yang perang antara ambisi dengan tekanan waktu untuk mengejarnya. Dan yang terjadi semua menjadi berakhir ke sebuah titik yang jauh dari keinginan hati.
Memang ada banyak jalan menuju Roma, tetapi kita harus mengerti sebuah peta menuju kesana sebelum menentukan arahnya. Percobaan melangkah tanpa tau proses tahapannya hanya membawa kita kembali kepada rasa kegagalan belaka. Terasa lebih lama, dan jauh memutar kearah yang jauh, sehingga pertumbuhan terasa lama.
Ya, aku, dan lagi saya, dan lagi-lagi, dan lagi telah berada pada kondisi yang tak aman untuk meneruskan sebuah usaha menuju tujuan yang dimaksudkan untuk bersegera sampai disana. Dan rasanya banyak kekurangan sumber daya untuk menggapai cita-cita. Sebab ternyata aku hanya terus terbentur pada cara bagimana melangkah untuk dapat bergembira menikmati hasil dari tangisan, keringat, dan kepedihan yang tercurah selama prosesnya.
"Peta, peta katakan peta, lagi ayo katakan peta", Boots berkata kepada Dora The Explorer. Kita tidak boleh lagi berjalan tanpa jelas rute mana yang harus kita ambil untuk menaklukan rencana yang belum menjadi nyata. Ahhhhhhh....... Amarah padam, gertak gigi gerigi, dan keryitan dahi sedang melingkupi untuk mengerti si gagal.
Musim hendak berganti, seorang teman menasihati untuk mencoba cari metode berbeda. Aku terima, tidak menolak wejangan darinya. Tetapi hal umum yang diutarakannya memunculkan diriku yang gelisah untuk menulis di malam damai yang penuh kesesakan untuk mencari jalan keluarnya.
Sebab ini bukan lagi tentang mencoba-mencoba, aku bukan merasa lebih pintar darinya, hanya sekedar , dan hanya menurutku ini lebih kepada kerumitan hidup dari seorang anak manusia yang sering ditimpa malapetaka dari si jahat yang ingin menundukan kemerdekaannya. Sebenarnya peta besar sudah aku dapatkan, namun petunjuk jalannya kabur. Lagi saat aku mulai melangkah lagi di lorong waktu tampak berbeda saat ku menjalaninya. Apa yang ada di peta tidak seperti di dunia nyata. Semua berubah, atau ada yang merubah, agar aku, atau orang lain yang sama dengan ku digiring ke gagalan belaka.
Jadi sekarang bagimana solusinya ? Berdiam diri sudah tidak lagi bisa. Memaksakan diri malah tampak tak berguna. Berlari lagi sudah kehabisan tenaga. Menangis sudah tidak bisa membuat hati lega. Berseru berteriak tetapi batin masih tersiksa.
Sungguh aku tidak bermaksud menghina pencipta. Tak berani aku melawannya, sebab dia memang satu satunya, lebih dari pada itu aku masih ingat bahwa ada kasih karunia yang telah mengalir kepada ku saat aku di injak-injak oleh pengintai nyawa ku dari aku masih muda, disaat aku masih belum cukup umur, tidak setara, dipandang bukan sebagai sesuatu yang utuh menurut kodrat manusia. Ya, yang kudus yang mengetahui segala waktu, dari mula sampai akhirnya ; adakah jalan bagi si yang menulis ini untuk mengerti maksud gagal dengan cara bijaksana.
Aku punya peta, aku terus berusaha, aku tetap berdoa, aku tetap mengetuk pintu-pintu itu terbuka, juga masih aku tidak hidup mengandalkan diri saja, tetapi semua masih terasa kurang untuk memenuhi kuota gagal yang aku rasa sudah cukup banyak coretannya, sehingga kembali lagi semua harus dikoreksi kembali sampai batas tak ku tahu dimana ujungnya.
Bila siput bertarung melawan kura-kura, aku tampak seperti cacing menyusur di lintasan para Kijang, dan Cheetah yang berlari berkejar-kejaran untuk menjadi yang utama. Kijang bersahabat dengan Siput, sedangkan kura-kura sangat karib dengan Cheetah. Mereka didukung, dan dibantu, ditopang dipunggung mereka, sehingga kesetaraan boleh dianggap ada, meskipun Siput, dan kura-kura bukan berjuang dengan tenaga mereka.
Haruskah aku tutup lembarannya saja, sehingga baiknya aku tidak usah berlelah untuk terus bertanya-tanya melalui tulisan yang hanya sebuah curahatan belaka.
Ya, lebih baik ini disudahi saja. Seperti sebuah bahasa isyarat dari seorang yang sudah kita kenal bahwa gerakan itu memberikan arti bagi yang telah kenal sejak lama. Aku mengerti bahwa si gagal ingin berbicara bagaimana kita harus terbiasa menelan pil pahitnya sampai kita merasa itu hambar sebab aku tidak perduli pada kehadirannya meski muncul setiap aku sedang ingin bersuka cita, dan berbahagia.
Kalau ada yang membaca tulisan ini sampai akhir ceritanya, aku hanya ingin mengingatkan jujur sebenarnya aku belum mengerti si gagal. Sebab aku terlalu bodoh untuk memahaminya. Namun aku percaya bahwa kamu itu lebih dari sekedar pintar, tetapi lebih jenius untuk menemukan cara mengerti si gagal untuk membuatnya tunduk, sehingga dia malu muncul dikehidupan anda. Secara khusus melalui tulisan ini aku berdoa untuk anda, agar segera kalian menginjak-injak si gagal dengan kehebatan anda yang terlahir sebagai juara.

No comments: