Dari malam ketemu pagi, sampai subuh sinar mentari datang lagi. Aku yang bilang sudah berhenti, nampaknya sedang dipermaikan lagi, oleh diri sendiri, dan yang kehadiran nya menggangu tak henti. Tak bisa tidur walau terpejam mulai dari belum hari berganti, sampai akhirnya mengakali diri untuk terjaga, agar jangan tidur saat siang hari, sehingga malam siklusnya terus begitu aja lagi.Oleh karena itu aku terus, akhirnya berusaha untuk tidak mengulang hal yang berkutat dalam rasa, mata, dan diri. Namun akhirnya karena lapar, dan tersiksa tak bisa mengistirahatkan diri, aku malah jadi begini. Tentu aku rasanya kesal, dan ditambah rasa sedih. Dan hanya aku sendiri yang tahu rasanya hari ini, saat aku tulis ini kejadiannya itu sekitar kurang dari jam 12 waktu indonesia bagian kesini.
Ah, entah aku harus apa, akhirnya dalam deru seruan nyanyian berbarengan mata mengais air untuk itu aku juga berulang kali menempelkan kepala ke bumi, maka aku baca semua pesan ilahi.Matius 18:8-9 (TB) Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. "Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.", juga "Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal".
Yah, hari ini aku sudah coba congkel yang aku bisa. Dan untuk menyetuhnya saja aku males juga. Sebab memang aku sedang menjadi medan magentik untuk masuk dalam sebuah pusaran perang dunia surga neraka. Dan meski nampaknya yang neraka keliatan sering jumawa, tapi yang surga diatas segala Nya. Sehingga aku bukanlah aku yang dahulu, meski terpleset, aku belajar. Meski terjatuh, aku makin gesit mengejar ketertinggalan. Meski sakit, aku tetap setia dalam perjalanan.
Tuhan aku rasa Kamu tahu apa yang aku maksud. Dan aku percaya, belas kasihan Mu atas perjamuan untuk menjadikan aku bagian milik Mu telah Engkau terima dalam setiap kali aku bawa diri dalam hati yang remuk redam sebagai persembahan kepada Mu. Terimalah Tuhan, meski tak seberapa, sebab apalah kami, bila kami hidup diluar dari Engkau ya Juruslamat kami. Kedalam tangan Mu ya Tuhan Yesus Kristus, aku serahkan tubuh, roh, dan jiwaku ini. Amin, amin, amin.
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
1:12 PM
Rating:

No comments: