Pagi dini hari jam 4 pagi, aku baru selesai baca satu pasal dari perikop ini. Sebuah cerita yang tak biasa dari seorang bernama Ayub dari timur pada zaman dahulu kala. Jauh dari benar, aku bukan apa-apa, namun senang' membaca kisahnya. Salah satu yang aku cukup suka selain Daniel, Elia, Elia, dan Yesaya, Yeremia, Petrus, dan yang utama memang haruslah gambaran yang sempurna Tuhan Yesus Kristus juruslamat kita.
Hal yang aku tahu bahwa aku semua lahir dalam keadaan hanya tubuh dan kulit yang membalut urat dan sarafnya. Sisanya adalah sebuah kebetulan yang tak bisa dipilih atau ditentukan oleh seorang yang lahie ke dunia.
Dan aku ya, aku barusan aku tahu atribut ku adalah sebuah ketelanjangan yang perlu dirubah. Dalam pada banyak kepemilikan yang Ayub punya hewan ternak sangat banyak, dan anak laki-laki dan perempuan hilang lenyap, dia koyakan baju dan hanya tinggal ketelanjangan, lalu judul tulisan inilah petikan dari ucapan nya.
Yah, aku memang telanjang tapi bukan seperti hikmat Ayub yang menerima penentuan Tuhan atas diambilnya apa yang dititipkan pada Nya. Sedangkan aku tak memberdayakan apapun yang ada sehingga aku tampaknya sedang mempermalukan diri dengan berbuat seenaknya, santai tak ada tututan, dan berkhayal, dan beristirahat nyaman.
Yah, aku barusan bertidak dan tak berpikir dalam. Itulah mengapa aku secara sadar ingin membaca lagi cerita Ayub yang diuji oleh Tuhan yang sebenarnya amat sungguh mengasihi nya. Demikian juga aku dalam keadaan di zona aman, sudah jauh sehat, badan cukup kuat, tegap, dan terasa nikmat malah gak bersyukur, dan hidup tak mengejar kekuatan Hikmat, malah menikmati kebodohan yang tak pernah tamat.
Yah, aku mengantuk ini jam 4 subuh, namun mata tak akan mau tertidur. Sudah sekitar seminggu tidur sebentar, malam hanya kebentur sebuah kesusahan, dan berkutat dalam kebodohan. Bahkan pernah dua hari dari seminggu ini aku tidur hanya total 4 jam.
Yah, aku cuma gumpalan darah dengan urat dan syaraf yang mau belajar hikmat tapi gak mau sulit hanya maunya nikmat. Dan saat semua terasa salah, berdoa memohon, mengeluh, dan menulis, tapi tak juga belajar taat.
Yah, aku ini jauh dari secuil kisah Ayub yang taat, sebab aku masih belajar hikmat, bukan merendahkan diri tapi benar-benar sangat tak bisa mengerti kapan berhenti, dan kapan harus berlari tak menengok ke belakang lagi bila sudah mulai kata "start".
Yah, aku memang tak memandang sesuatu berlebihan yang jauh dari kata terpelajar. Tapi tubuh ini memang sudah kurang aja. Susah tidur, dan mengantuk, meski sudah berolahraga saat malam hari belum tiba. Akhirnya aku tenggelam dalam tulisan yang kalau muncul aku tahu itu apa.
Yah, aku berharap apa ? Hari ini aku mulai kembali jadinya. Sebenarnya lelah, bahkan aku sudah mulai bosan menulis ini yang aku tak tahu untuk apa. Tapi aku yang tadi hanya ingin mengoceh tulisan sedikit saja "intinya mengantuk" tapi akhirnya panjang juga.
Yah, aku benci hari ini, tapi bukan berarti aku tak bersyukur berkat hari ini. Lebih dari kata cukup saat melihat berita orang terkapar di rumah sakit, lebih dari berterima kasih ada makanan di meja rumah ini. Dan memuji berkatnya sebab pembaringan ku paling nyaman menurut hemat ku.
Yah, cuma aku begini masih saja begitu semenjak hari kemarin itu, dan lebih jauh hari yang aku tak bisa lagi ingat karena banyak sekali.
Yah, aku sekarang mau menutup tulisan ini. Semoga setelah memotong tangan, mata, dan yang bukan wajib aku harus jalani. Maka mata, dan tangan tersisa adalah hanya untuk yang penting saja.
Yah, aku sudab selesai kali ini. Akan kah ini berakhir ? Sudahkan cukup atau lagi ?
Yah, aku ingin rasa ini berakhir.
Yah, aku rasa cukup banyak sekali.
Yah, tutuplah tulisan ini.
Ayub berkata dengan telanjang aku lahir, dan demikianlah aku akan kembali, termasuk aku sendiri.
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
4:36 AM
Rating:
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
4:36 AM
Rating:
No comments: