Selamat Datang

Aku berharap bebas menceritakan segala cerita untuk ku persis seperti saat mata ku memandang dunia

Paradoks berpikir karena Alkitab *1

 
Aku ini awalnya begitu, menulis ini karena begitu. Yah, tentu aku begitu, karena awalnya hanya mau tentukan pilihan yang terbaik bagi ku. Sedang aku ini pernah bertanya tentang alasan "Kenapa aku hidup sebagai ku ? Bukan sebagai yang nya, atau lain dari nya ?". Dari situ aku tahu bahwa segala jatuh bangun hidup ku, sebenarnya bermula dari pertanyaan besar itu. Jadi sebelum aku melangkah jauh lebih dari jauh dari langkah nyasar yang sedang aku jalani, maka harus terjawab dulu, satu hal itu. Supaya semua jelas, tidak kabur, atau samar-samar, sebab seperti benang kusut, yang sudah sulit untuk diusut, mau mulai dari mana kita harus urut simpul yang sudah semerawut. Hari berlalu, tak kudapati jawaban itu, dan hanya biarkan terpendam, dan yang malah menimbulkan pertanyaan lain atas masalah satu, dua, dan seterusnya. 

Lalu pada hari biasa, aku duduk depan rumah, memandang langit berbintang, yang tak aku hitung, karena gak mau tambahkan pekerjaan. Jadi waktu itu coba nikmati saja suasana heningnya, dan kilapan sinarnya. Eh, bukan-bukan, karena sepertinya kejadian itu sore, langit masih cukup terang, memang menjelang petang, jadi tak ada kiasan pengambaran indah rasa bahasa pujangga. Tapi inilah jawaban pertanyaan yaitu "Aku ini lahir, tak bisa memilih dari siapa yang ku mau. Jadi aku sebenarnya adalah khusus untuk ku dari Tuhan yang mau bahwa aku ini hidup hanya untuk Dia yang menciptakan aku". Itu artinya aku cerna jawabannya, bahwa dalam segala upaya, perjuangan, dan jerih lelah, maka tak usah paksakan bahwa aku harus sesuai dengan yang aku mau, tapi biarkanlah kehendak Nya terjadi seturut hikmat yang jauh mengatasi alam pikiran ku. (Yer 29:1).

Yah, tapi tak selesai sampai disitu, sebagaimana urusan nafas wajib terus berlanjut selama manusia disebut hidup, aku harus bertanya lagi tentang suatu hal yang rasanya harus dapat juga jawaban selain tadi itu. "Kenapa kalau begitu, aku merasa bahwa hidup ini tak adil bagi ku ? Sebab ada yang begini, tapi mulus selalu, sedang ada yang begitu berjuang, tapi selalu menemui jalan yang buntu ?". Mengalir dalam pikiran banyak teks sedang berjalan, dan saking banyak yang muncul, maka sulit sekali untuk diungkapkan, namun aku mau nyatakan jawaban yang sesuai dengan cara berpikir belok, namun sebenarnya itu lurus seperti yang Engkau ajarkan (Ams 14:12). Aku ya, hanya ada satu yaitu aku, tidak ada lain, meski itu kamu yang katanya punya kembar identik sekalipun, semua punya kisah berbeda. Jadi pasti spesial untuk mendapatkan jawaban yang ini, karena bisa jadi aku sudah berdoa, tapi aku tidak menerima apa-apa, karena aku salah berdoa, sebab aku meminta sesuatu kepada Nya, sesuatu yang hendak aku habiskan untuk memuaskan hawa nafsu ku (lih. Yak 4:3). 

Atau bisa jadi lebih dari pada itu, jawaban yang cocok untuk ku, bahwa aku ini menolak panggilan ku seperti kisah Yunus yang diberi perintah oleh Tuhan untuk menubuatkan penghukuman atas kejahatan kota Niniwe, tapi dia malah melarikan diri dari tugas panggilan-nya itu, sehingga saat badai menerpa kapal yang dinaiki, maka setelah dilempar ke laut, lalu ikan menelan dirinya hidup-hidup. Yah, aku rasa mungkin ini bisa jadi jawaban tepat dari banyak yang berseliweran di kepala. Bahwa aku sendiri tak mau mengerti panggilan ku, sehingga aku memaksakan kehendak ku, bukan kehendak Mu. 

Yang jadinya sekarang berantakan, tak karuan, rusak tak beraturan, ingin aku campakan dalam palungan laut terdalam. Maka dari pada itu, setelah semua yang terjadi, lumpur mengotori kaki, hujan asam mengotori diri ku, dan pakaian yang sedang kupakai selama ini. Jadi Tuhan tolong dong benerin hal-hal salah dalam perkara hidup ku ini, agar tak terdampak dari dosa yang mereka tak sadari telah menyakiti aku, atau yang nasib-nya miris seperti ku, yaitu mereka tertusuk, tapi kami kesakitan, ketika mereka sakit, kami bersedih, dan menyiksa diri, seolah kerabat, keluarga, atau orangtua sendiri (lih Maz 35:13-14). Praktik hidup yang saleh, tulus, dan lugu, nampak membuat kami terlihat bodoh saat berhadapan dengan jalan lurus dihadapan kami (lih. Peng 7:16). Namun jika masalah itu, karena dosa-dosa ku sendiri, mohon kiranya Engkau ampuni, lalu setelah itu ajari dong jadi cerdik seperti ular, dan tulus seperti merpati (lih Mat 10:16). Supaya aku bisa lincah memilih jalan yang sesuai bagi ku, tapi itu juga seturut perintah-perintah Mu.

Sekarang Tuhan, sudah waktunya, Engkau ajari aku mengubah diri, menjadi lebih berani untuk meyiasati diri, supaya gak sesat memasuki jalan yang menuju pintu lebar, dan luas, tapi menjadi serupa dunia, dan binasa, dimana banyak orang sok Pintar di dunia banyak memasukinya (lih. Mat 7:13). Biarlah si kecil lemah, bisa paham hidup berseolah-olah itu, dimana pendeknya masa hidup ku, dan dunia yang aku kenal akan berlalu, aku ingin pahami bahwa meski diri ini telah mempergunakan barang-barang duniawi dalam upaya hidup tanpa rasa kuatir (lih. 1 Kor 7 29-31), tapi tetap saat aku meminta Engkau juga memberi, aku ketok, maka jalan menuju pintu dibukakan bagi ku (lih Mat 7:7). 

Untuk itulah hari ini, aku mau merubah polah pikir ku, menjadi paradoks berpikir, karena Mu ; dimana aku jalan kesini, ternyata Engkau bukan tak memberkati aku, hanya aku harus teguh, dan bersungguh-sungguh, dan tak menyimpang ke kanan, atau ke kiri, sehingga aku beruntung, kemana pun aku pergi (lih Yos 1:7, bnd Mat 6:33). 

Amin, Amin, Amin.

Paradoks berpikir karena Alkitab *1 Paradoks berpikir karena Alkitab *1 Reviewed by Alfiyanto.J.S on 10:42 PM Rating: 5

No comments: