Ini sebuah rasa tentang akhir dari awalan yang berujung, tapi akhiran yang tak terbilang. Berulang, terus balik mengalir bagai bagan alur program tak muncul dalam sistem perhambaan. Begitu terus, tak pernah putus, selalu ketemu jalan pulang untuk mengulang. Sebuah tatanan kehidupan manusia yang rasanya dilewati semua orang, dari gelap terang, bahkan belia sampai yang lupa usia. Bahwasanya lembaran ini adalah sebuah surat tertulis bagi ku untuk dipakai sebagai tanda ingatan akan perjuangan dipenghujung pembelajaran yang ingin mendewasakan pikiran. Tentang bagaimana belajar dari tidak bisa menjadi bisa, tapi lebih dari pada itu sebuah usaha melepas kekang menuju kepada kebebasan untuk berani menyatakan diri menang. Bukan menang terhadap orang, bukan menang terhadap yang bukan orang, bukan juga menang terhadap sudut pandang yang mungkin setengah orang.
Inikah akhir ? Inikah awal ?
Apakah ini mulai terganti diisi ? Apakah ini terbuang kosong ?
Bisakah mulai kembali ?, ah !!! Semoga itu bukanlah bohong.
Sebab yang aku pahami dari pembelajaran berdasarkan hal yang telah terjadi, yaitu pengalaman pintu belakang, mencari alasan, telah terulang 1x, 3x, 7x, 9x, ......,
Beda memang, tak lagi unyu-unyu seperti dulu, tapi ini bukan suatu yang bikin senang. Kalau orang lain bilang tidak apa-apalah, Bang. Yeh, dikasi tahu nama gw itu bukan Bambang. Lo bilang gw bang, rasanya kas gw gak cukup untuk menyumpal alasan pembenaran dari lo !! lo !! oLang untuk mulut-mulut yang memuji dengan nada sumbang. Lainnya bilang sudahlah anggap aja itu sudah biasa, Mas. Yeh, dikasih tahu nama gw bukan Thomas. Lo panggil terus gw ini Mas, ngeyel kok berulang padahal udah dikasih tahu Urang gak akan suka pakai perhiasan dari eMas, apalagi emas-emasan.
Ah, lihat... Lihat... Aku ini akan kali ini bukan lagi menulis untuk menghapus jejak-jejak kepinginan yang memalukan. Tapi kali ini aku memang punya pedang, akan memotong-motong lembaran ini dalam sebuah satu hunusan tikaman terdalam. Menembus hati, jiwa, dan roh bagi ku, bagi nya, bagi siapa saja yang menghalangi aku untuk membawa kepangkuan harapan yang harus terwujud dengan gilang gemilang. Eits, benda itu bukan dari logam, tapi dari keyakinan bahwa dalam pengetahuan, keluar dari mulut sebilah susunan kata-kata sangat dalam. Yang hanya akan kupakai untuk menundukan diri ku, melatih diri ku, agar tersakiti, sehingga lain kali tak lagi balik lagi jatuh kepada lubang-lubang, atau jurang-jurang. Akhirnya nanti aku bisa terbiasa untuk menjadi luar biasa bilang "Ah, cuma segitu doang".
Tuhan Yesus Kristus bercerita pada ku - Kamu itu lebih dari pada Pemenang. (Roma 8:37).
Amin, Amin, Amin. 02:30
No comments: