Hampir sejam lewat dari tengah malam. Perilaku mata, karena kecap perasa, membuat ku akhirnya berakhir mundur. Apakah mundur itu kalah ? Tidak, karena aku masih melanjutkan perjalanan. Tapi rubah strategi, dan menyatakan ini perang. Bukan dengan kekuatan sendiri, tapi memohon tambahan ketabahan hati, agar iman dikuatkan.
Sungguh aku tak perduli, mau rusak tak elok, akibat sering tempur, sehingga tak menarik lagi sudah ku terima sebelum mulai taktik yang baru ini. Sebab kemarin pakai gerakan diplomasi, namun sekarang aku melakukan pernyataan merdeka, atau mati. Tentu aku pasti merdeka, karena aku abadi, sebab dalam Tuhan Yesus Kristus Juruslamat ku, tak ada kematian lagi, yang mati sudah bangkit, tapi ada gejolak si pemberontakan yang masih sembunyi, menginginkan aku tenggelam, dan mati, akibat kebodohan diri sendiri. Jadi si Jahat, ingin mempertahankan status teritori terjepit nya.
Sekarang perang...
Sekarang menang...
Bukan omong bohong...
Karena pundi bolong, lebih sakit dari omong kosong.
Dan perut yang merongrong, punya dua pilihan yang tak menyenangkan.
Menyerah akan perang, atau serang terus, karena kemenangan hanya bagi yang berani untuk terus menyerang, sampai lawan tak punya peluang dari segi manapun untuk menang.
Itu menjadi bukti, bahwa apa yang ada didepan mata, dan ku benci, tak bermanfaat sama sekali. Kecuali aku benar ingin menghapus diri ini, maka itu bukan lah aku lagi.
Sebab semakin ku kesini, kegiatan diplomasi, adalah politik tak berguna, bila lawan sudah berwatak dengki. Sehingga lewat jalur apapun, yang tertekan, supaya ada gencatan senjata kembali terulang, dan terulang.
Ini Nol, tapi ini satu.
Ini sudah dua, tapi jadi seribu.
Memang belum menuju sepuluh ribu.
Bahkan kenyataan nya semua hanya baru menuju.
Tapi aku kasih tahu, hai kamu musuh ku.
Yah, kamu.. kamu yang suka menulis selalu.
Kita berperang ke berbeda arah yang dituju.
Tapi kali ini aku tak ke timur dulu.
Sebab barat menuju laut, ingin ku rubah menuju langit jauh ke Utara. Disana katanya ada takhta yang ditakuti oleh para Iblis, dan antek-anteknya. Yang suka memperalat manusia, untuk melobi-lobi keputusan Yang Maha Pemurah hati, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.
Jadi aku akan ke perbatasan mu, hai barat, akan berjalan dari tengah, terus melemparkan busur pengait untuk ku tarik, dan bawa mu kepada pengakiman dari Yang Maha Adil. Untuk membuat kita berperang dengan saling berhadapan muka dengan muka, tak lagi surat menyurat lewat pesan licik di kepala.
Jadi aku tahu kamu tahu.
Kamu licik, dan sedang berusaha untuk membangun tembok pertahanan mu.
Aku berpesan pada mu.
"Baiklah kamu jangan buang-buang waktu"
Karena aku ini sudah masuk mode keji tertinggi.
Bukan lagi kuning menyala, menuju merah terbakar membara, tapi menjadi biru panas, terus ungu, lalu di Utara, Tuhan ku akan merubah cahaya ku jadi putih yang sangat berkilauan untuk menghancurkan mu sepenuh nya, yang sudah hidup segan, namun mati tak mau.
Tuhan.. Tuhan.. Tuhan..
Nama Mu yang ajaib titipkan lah pada ku untuk bisa berkuasa.
Sebab perang ku sendiri, sedang aku yang satu musuh diri ku yang kasat mata itu banyak.
Sungguh lawan berat, hanya Mu yang berkuasa untuk menyempurnakan nya, disaat aku menyajikan tarian peluru ke-arah ku yang akan ku kuburkan dengan cara yang baik, dan terhormat.
Yakni di-injak injak bagai tulang rapuh, bekas dibakar api, terus menjadi debu, lalu ke tabur ke udara, biar dihembuskan angin.
Oh, malam sunyi ...
Tabuhan perut bernyanyi, tampak nya telah berganti menjadi keputusan untuk aku akhiri.
Salam perang..
Syalom kemenangan..
Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, panji-panji ku akan membawa menang, dan menang.
Amin. Amin. Amin.
Perang
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
1:32 AM
Rating:
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
1:32 AM
Rating:
No comments: