Kita adalah sebuah diary, catatannya tertulis dalam ingatan memori. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengalami hal ini, dan itu untuk terus menuliskan sebuah lembaran barunya. Aku sering mengingat sebuah rasa hal kesakitan terhadap seseorang yang akhirnya harus aku ampuni, namun tak terhapus dalam lembarannya hanya sudah tak lagi ingin itu terulang kembali. Jadi hanya berjaga jarak, agar tak terulang dikemudian hari.
Aku yang sekarang sedang menulis diary, sedang berada dalam sebuah rasa ingin melanjutkan catatan bagi kehidupan esok hari yang aku percaya akan lebih baik lagi dari hari ini. Saat ini aku mencatat bahwa ternyata susah untuk mengenal diri sendiri, bila tidak kita punya memori yang besar, yang dapat dipanggil saat butuh informasi. Yang ada banyak hal sudah terjadi, dan baru menyesal saat semua seperti dulu lagi.
Jangan katakan kamu mencintai diri saat kamu mengulang kesalahan itu lagi, dan lagi. Kamu hanya menipu, sebab kamu sedang membenci, tetapi tidak dengan cara yang kasar, tetapi lembut, mematikan. Dalam padanya aku seperti itu, sering hanya mengingat, merevisi, dan menulis lagi, namun belum beranjak dalam posisi awalan. Satu yang aku pahami ; aku lambat dalam satu hal baru, namun akan mahir melebihi yang lain saat sudah melewatkan tahapan yang paling sulit dilalui.
Sangat sedih melihat bahwa prosesnya seperti ini, cuma apa daya aku harus berusaha untuk menjadi lebih baik. Satu sekarang aku tetapkan dalam hati aku harus mewaspadai sendiri, diri sendiri, untuk aku sendiri, bahagia mulai dari sendiri, dan cintai diri sendiri, sehingga patokan yang terlalu tinggi tidaklah menyakiti, atau sebuah harapan mereka hendak perduli pada kamu yang haus untuk memberi, namun ternyata hanya sekedar ditanggapi apatis seperti benda mati.
Yah, ternyata semua mulanya dari aku sendiri memandang cermin sebuah gambaran serupa yang Tuhan kasihi. Jadi ini salah satu catatan yang harus aku rekam, dan ingat sampai aku mati. Sebab ada di Alkitab bilang 5 perempuan bijak, dan 5 perempuan bodoh membawa pelita untuk menunggu kekasih, dan yang bijak membawa minyak cadangan, sedangkan yang tidak membawa itu kehabisan cahaya ditengah penantian. Jawab perempuan bijak ke yang bodoh bahwa mereka tidak bisa memberikan milik mereka, sebab nanti tidak akan cukup, jadi disuruhlah si para bodoh untuk membeli minyak ke pejual, namun yang terjadi adalah mereka yang bodoh ketinggalan.
Aku perlu kenal diri sendiri, agar aku cinta bukan untuk membenci. Terima kasih Tuhan atas pernyataaan mu kepada ku ini.
Belum kenal catatan diri, maka meskipun cinta hanya membenci
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
2:40 PM
Rating:
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
2:40 PM
Rating:

No comments: