Rangkaian putih

Sebentar tidur, sektetika bangun. Hendak memejamkan mata, tetapi seperti ada yang membangunkan. Kemudian terpaksa untuk tetap berjaga, sampai akhirnya rangkain puzzle putih itu masih belum lengkap, sebab aku masih seperti yang lama.

Disini aku melihat sebuah rangkaian kehidupan, pencarian putih untuk mengisi kelengkapan yang kurang. Berusaha sempurna, namun selalu kurang dalam usaha melengkapinya.

Memang tidak ada yang sempurna, tidak satupun yang kekal, kecuali dia yang Maha Kuasa. Namun aku pernah baca Janji Nya untuk menguduskan aku yang berdosa, dan menyempurnakan aku yang bercela. Untuk itu aku mulai lagi kembali berusaha seperti biasa, namun harus dirubah cara lainnya yang kalau hari ini gagal, percaya besok tidak ; meski kemarin kenyataannya sama seperti keadaan yang sudah-sudah, tetapi aku masih percaya diri kali ini beda.

Dalam pada diary yang akan ku baca lagi, bila aku bisa memasuki waktu senja kehidupan manusia, aku mau bilang pada aku yang dimasa depan, bahwa aku percaya kamu tersenyum-senyum membaca dirimu yang diwaktu belakang. Oleh karenanya aku beriman, bahwa yang sudah salah aku mengaku dosanya pada Tuhan, dan sisanya adalah perjuangan untuk mengalahkannya. Kali ini yang perlu itu adalah dari yang kurang yaitu aku harus tegas pada batasannya, jangan mau diperdaya pada selaput kabut kosong hura-hura kelam pada proses tak henti sebuah pengulangan yang meletihkan. Ya, sudahi bila sudah kau katakan untuk sudah. Laksanakan bila memang itu yang sudah ditanam sebelumnya.

Hargai dirimu yang mencoba mengatur dengan kedisiplinan. Jangan semua itu hanya kata yang kosong, sebab banyak ketidak gigihan dari si Alfi yang sebentar keliatan begini didepan, namun pas waktu berlalu sebentar beda belakangannya. 

Tuhan Yesus juruslamatku yang hidup, lagi aku rangkai susunan yang masih kurang. Sertai aku, kasihi aku, dan ajarlah aku, Ya... Tuhan. Terima kasih, jawabku dalam iman.