Aku lihat diriku sebagai potongan waktu mengakar rumit dikolong, lorong, seluk beluk tanah dibawah. Bila terbentur aku cari cara baru untuk tetap menusuk kebawah mencari sumber sarat air bagi pertumbuhan bagian atasku.
Akar adalah kerumitan ku, dan itu adalah jejak masalah ku, yang terukir melintir seperti sebuah kaitan benang kusut yang tak bisa ditelusuri dalam satuan waktu. Kadang aku tahu, sering kali aku hanya terus menunggu menumpuk masalah disekitar itu, yang menjadikan itu tak bermanfaat bagi pertumbuhan ku. Aku harus menyebarkan masalah ku, mencari solusi disetiap pojokan yang belum pernah dijelajahi dalam niatan batinku.
Satu pernah kali aku keluar dari tanah, karena ada gerakan pergeseran tanah sehingga naik batang akar ku. Saat itu aku tahu bahwa masalah ku datang bukan karena niatan malas mengajarkan diriku, tetapi yang terjadi adalah kesakitan dipermukaan yang menyiksa salah satu bagian tubuh ku, dan aku tersayat menangis atas rasa itu.
Akhirnya aku
1 Mengubah dasar dasar yang sudah
kupegang pada rentang cukup panjang bagi
hidup ku.
2. Aku merana kecewa, dan melupakan masa
depan pertumbuhan bagian atasku.
3. Tak pelak ada yang cara memperbaiki jalan
akar ku, namun yang terjadi ada yang
meracuni tanah tempat mengakarnya hidup
yang sedang aku jalani saat itu.
4. Akhirnya aku terbentur maju, bertumbuh
sebagaian, dan mati sebagaian.
5. Aku coba melipur lara ku, dengan tak
perduli bagaimana aku mengakar dibawah
ku. Dan hanya bermain dengan burung yang
berkicau didahanku.
6. Saat itu senang, dan sampai satu kali
datang angin selatan yang mengeringkan,
dan perlahan daun menguning, akar tak
menopang kecukupan air saat hawa panas
menerpa diri ini.
7. Aku juga ciptaan Nya, meski sebuah pohon
aku hidup seperti mahluk lainnya, jadi aku
berseru meminta pertolongan yang Maha
kuasa, pencipta alam semesta dan isinya.
8. Dan dijawabnya lewat rangkaian lemparan
dadu dalam permainan monopoli para
mereka yang mencari untung dengan cara
sinis.
9. Aku ditahan dipertahankan, namun aku perlu
menahan sedikit saja untuk tetap
menanggung panas suhu kejam. Janjinya
aku tak akan mati.
10. Oh... Tuhan kasihi pohon 🌲 ini, kasihi yang
masih susah bertumbuh baik dalam umur
yang kau berikan ini
Dan seusai pohon itu kembali diberikan jalan lagi akhirnya terjadi sebuah monopoli waktu. Cuma aku yang sekarang bisa menentukan waktu tentang perbaikan atau pengecualian yang sedang aku pikirkan. Aku hidup mengandalkan Nya tapi praktek jauh belum sempurna sebagai mana ada yang terutuli dan sering ku baca. Sekarang aku ingi mencoba mencari cara untuk bisa mengutak-atik hidup yang ada agar pohon ini berbuah sebagai mana mestinya, sebab bila tidak maka aku akan ditebang pemilik ku yang akan turun datang dari sana untuk memeriksa adakah buahnya.
1. Dilema, maka aku tulis seperti sebelumnya.
2. Jangan memandang dan mengulangnya.
3. Batas 1 hari 1 jam dalam coba kendur
kannya.
4. pH diatur sudah tapi waktu malam hari
airnya harus setara rata cukupkan saja.
5. Tidak ada nikmat nnya. Ini proses saja.
Jadi pikir untuk apa lalui saja.
6. Istirahat sering juga tidak apa-apa.
7. Kalau nanti ada cara pusing belum berbuah
bagaimana caranya kita jual cangkokan
dari ku apapun yang masih berharga.
8. Sisanya tambahkan lain waktu apa yang
belum dalam lembaran baru lainnya.
Ampunilah aku Tuhan Yesus Kristus. Kasihi sekali lagi pohon yang belum berbuah baik ini.
Monopoli waktu, akar permasalahan yang rumit
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
5:40 AM
Rating:
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
5:40 AM
Rating:
No comments: