Mulai aku menyadari sebuah filosofi perangkap ini. Saat aku masih biru, dalam ingatan bersalahku kulihat dan pandang ikan disudut jalan, semua cantik indah berkilap, memikat. Seperti ikan dilautan kita dipanjangi perangkap untuk terjebak oleh si pembuat perangkap.
Tak membeli, tak tertarik, sadar diri hanya melihat-lihat untuk menginginkan hanya dalam hati. Umpan disebar, dan yang terjerat pasti dengan umpan yang cukup, dan tepat. Aku juga adalah sebuah calon-calon yang akan terperangkap itu, sebab aku adalah paling kecil, hina bukan apa-apa, dan yang tersedia disekeliling ku, ada manusia, hiu pemangsa, dan predator lainnya.
Dari dulu yang aku tahu bahwa jika ingin mendapatkan banyak hasil, maka kita harus lebih jeli untuk membuat, dan menebar perangkap, sehingga dalam setiap tempat akan ada peluang untuk mendapat hasil yang lebih besar dari sekedar tangkapan yang hanya untuk habis sehari dilahap.
Aku tidak terlahir untuk membuat perangkap, aku hanya memutar-mutar berkeliling, kembali, dan hidup cukup, namun sesekali lolos dari perangkap jerat. Yang aku tahu aku dibantu oleh Dia yang bukan sekedar pantas kita sebut dengan kata pujian sederhana bahasa yang rendah, dan tak indah seperti hal biasa saja. Setiap kali seperti kali ini aku terjerat, dan proses penyesalan yang bahkan sudah terjadi disaat pendaftaran selalu terjadi. Aku anggap aku ini tersesat, sesat, dan sering menjadi pribadi yang tidak cukup bermanfaat. Namun entah kenapa dia mendamaikan hatiku, melepaskan aku berkutat lagi hidup, sekedar menjalaini rotasi ulang memutar sederhana tumbuh tapi tak cukup signifikan, sehingga ada sesuatu yang ajaib sebuah landmark yang ku harapkan bisa terwujud.
Tuhan 6 menuju peristirahatan ketika Engkau menciptakan bumi, semesta, dan segala isinya itulah hari tertuju pada rotasi dari tahun 89128 yang sedang akan berjalan kepada aku yang masih saja begitu belum bergerak maju. Cuma doa aku harapkan untuk ku panjatkan sebelum tiba masa - masa pengingat tibanya seorang biasa, lahir unik, namun berharap luar biasa. Doa ku sederhana dan aku rasa sudah aku sampaikan berulang-ulang dalam sebuah lingkup ruang hidup keseharian ku sebagai mahluk hidup ciptaan Mu, bahwa aku ingin terus dimiliki Mu, diberikan kelegaaan dari Mu bukan pada saat aku terjerat tetapi pada saat hidup di dunia yang sesaat.
Terlalu buram pudar aku tahu rasanya benar bahwa lebar jalan menuju kepada kehancuran, dan sempit untuk lolos dari perangkap, dan hanya karena belas kasihan kami bisa digiring untuk bebas dari banyaknya jerat.
Tuhan, Tuhan pencipta semesta. Janji aku tak ada lagi, Sumpah sudah kubunuh sejak lama lebih dari semua tulisan ini, aku minta tolong jerat aku terperangkap dalam kepemilikan yang dikhususkan untuk Mu, hanya Mu, tak ada yang lain diluar Mu. Tolong ya penolong yang setia, Mohon ku memohon ya yang berbelas kasihan.
Bila semua terperangkap ditangan yang tepat, maka sungguh aku sudah bebasa dari penat. Namun belum itu sekarang ada, maka untuk itulah aku dalam perjalanan Tiga puluh enam kurang empat berharap pada sama dengan hasil yang terungkap tolong bantulah aku menjadi sesuatu yang indah, dan sangat mengkilap, dan dipakai menjadi bagian milik Mu yang terhitung sangat bermanfaat. Kasihi aku TT ya Engkau TYKJ ku yang hidup.
=========>>>
Dan belum aku usai berjuang aku jatuh bersambung. Lalu aku berikhtiar tidak menyentuh lagi kembali hal yang tak kudus itu.
Ya, ini aku masih di tanggal yang sama di jam yang berbeda, aku teringat pada Rasul Petrus sang penjala ikan sebelum Tuhan memanggilnya. Ya, Tuhan mengajaknya untuk menjadi penjala manusia. Aku entahlah aku ini setara dengan penggambaran manusia ? Aku terlalu sederhana untuk mengggapnya aku dijalanya. Okay, aku manusia namun aku tak lebih dari manusia yang golongannya ikan dalam perangkap manusia. Suatu kalangan komoditas bawah yang hanya dijadikan sebuah alat transaksional entah jasa, atau kehadirannya dianggap barang oleh manusia.
Aku sudah melepaskan diri dari perangkap keterikatan itu semua, dan jatuh kepada ke akuan, keinginan melalanglang buana, dan akhirnya ditemui tidaklah diperhitungkan kehadirannya di lautan luas kehidupan dunia. Ya, jujur mulut ku pernah terkait kail, namun seperti kata ku diatas bahwa selalu aku dibebaskan Nya.
Dan yang menjadi tanda tanya, aku ini belum terjala juga dalam lumbung pukat untuk dibawa sebagai persediaan perbendaraan makanan bagi Tuan ku. Aku dilepaskan dari pemancing, tetapi tak terjala oleh kelompok Tuan. Jujur aku ini beda, seperti ikan kecil tetapi punya kuasa, sebab siapa yang menggangu ku, seperti kata orang seakan menyentuh biji matanya, sebab Tuhan selalu melepaskan aku.
Tuhan, aku berkuasa, dan selalu sederhana, bahkan terbiasa ingin dimangsa tetapi akhir nya lolos juga. Aku terus bertanya mengulang-mengulang bosan sampai rasa otak kepusingan. Tuhan aku tahu, bahwa kenapa aku belum dijala. Alasan nya satu yang ku tahu, mungkin sisanya rahasia hikmat Mu.
Ternyata pikir ku ; aku ini bukan sembarang ikan, aku komoditas berharga, serta langka, mengerti akan lautan luas itu cuma kecil, meski aku paling kecil. Sebab dalam diri ku ada tanda materai penguasa, sebab aku lahir hadir dengan sadar dari rahim siapa. Yang mana aku datang tak menangis, tetapi terheran-heran aku ada dimana, dan dipukul dulu baru tangisan datang juga. Aku spesial super spesial langka, dan mata Mu memandang ku dari sana. Oleh karena aku masih hidup dan belum Engkau jala, ternyata aku harus belajar tentang isi semua lautan disana, dan makin teguh untuk mantap mengisi pengetahuan, sehingga bertumbuh besar dan bisa jadi teman Tuhan berbicara. Aku rasa hati ku bergetar saat menulis ini, dan menggenang cairan hangat dikelopak ini.
Aku sekarang ya, Tuhan. Telah cukup dan ingin disempurnakan lengkap atas pengetahuan yang kupegang untuk kujaga. Berkatilah Tuhan, aku ingin semua siap tiba sampai saatnya kita saling kembali lagi lebih akrab dari yang sebelum-sebelumnya aku tiba hadir di dunia.
Semua tentang perangkap, dan doa supaya terperangkap di tangan yang tepat
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
3:54 PM
Rating:
Reviewed by Alfiyanto.J.S
on
3:54 PM
Rating:


No comments: