Selamat Datang

Aku berharap bebas menceritakan segala cerita untuk ku persis seperti saat mata ku memandang dunia

Lapar, dan haus ku terpuaskan oleh kasih, dan pengharapan dari Mu

Tulis lagi harian ingatanku. Siklus yang sudah biasa, namun aku tidak ini jadi budaya biasa, karena aku tak ingin hidup dalam keadaan yang tak sesuai bagi yang aku yakini yaitu dalam Yesus Tuhanku. Harapku sekarang itu aku adalah janji Pengharapan Mu. Bahwa aku datang, dan Engkau menerima aku bagai anak bungsu pergi ke negeri orang.

Yang menghabiskan harta, dan hidup bagai orang durjana, namun saat aku datang dengan penuh sesal, aku dirangkul, juga dipeluk, sebab Engkau Bapa yang penuh kasih.

Lebih dari hitungan hari aku mendambakan hanya sisa makanan, namun Engkau beri aku roti yang sangat nikmat sekali. Saat aku kekurangan, aku merindukan air, namun ganti rasa sedih yang aku alami, Engkau berikan anggur baik yang menjadi sumber penghiburan. Apakah yang kurang lagi ? Namun yang sekarang ini, aku belajar bagaimana untuk seperti yang Engkau ingini. Meksipun aku sering jatuh berulang kali (Kau berikan kesempatan - Nikita), Engkau sungguh baik pada Ku. Inilah lagu yang sedang kudengarkan saat menulis kalimat terakhir paragraf kebiasaan salah yang masih mengikuti.
 

Aku jatuh, dan bangkit, ku tak dapat sungguh, menyia-nyiakan kasih Mu, Tuhan (cat. dari lirik lagu yang sama). Satu lagu ini hanya sebuah pengiring, namun yang terjadi sebenarnya ada yang harus dibenahi yaitu kelemah lembutan, dan rasa rendah hati dalam bersikap bukan hanya suara, atau intonasi, namun pada gerakan kehidupan sehari-hari. Sekarang aku sudah menutup sumber-sumber yang aku rasa itu yang memicunya. Aku tinggalkan itu, dan ingin rasa pembaruan itu menjadi hidup dalam tiap waktu.

Jadi inilah waktu itu, waktu yang tak lagi hanya urutan angka yang tak juga bisa mengubahku, hanya sebuah mitos waktu. Dan malah mengingatkan aku pada kesalahan ku. Jadi biarlah aku tidak ingin ini begitu spesial, hanya sebuah keyakinan tanpa keraguan, tidak dirancang atau dipersiapkan, namun mengandung unsur jaminan kebulatan hati bahwa hari-hari yang semakin dekat pada kesudahan batasan umur, dan waktu yaitu aku sudah bukan terus lahir baru, tapi aku sudah bertumbuh dewasa teguh menjadi yang Tuhan mau.

Aku setidaknya ingin menghitung satuan waktu ? lebih dari 71, dan sampai waktu berlalu. Ya, Tuhan Yesus kasihanilah aku. Dalam penuh harapan, aku berharap Engkau kasih karunia itu selalu melingkupiku, selalu baru, sebab besar kasih setia Mu disepanjang hidup ku (cat. lagi dalam lagu Bapa Engkau sungguh baik-Nikita) yang tak berharga bagi dunia ini. Terpujilah nama Mu ya, Tuhan... Engkau sungguh baik. Halleluya, Halleluya, Halleluya... Amin.



Lapar, dan haus ku terpuaskan oleh kasih, dan pengharapan dari Mu Lapar, dan haus ku terpuaskan oleh kasih, dan pengharapan dari Mu Reviewed by Alfiyanto.J.S on 11:25 AM Rating: 5

No comments: